KRC, Jember
Tak ada angin tak ada hujan, namun kap Pendapa Wahyawibawagraha Pemkab Jember ambrol. Ambrolnya kap pendapa di bagian pojok ini terjadi sekitar pukul 16.30. Kontan, kejadian tersebut menjadi tontonan warga sekitar yang kaget amborlnya kap menimbulkan suara gemuruh.
"Suaranya seperti gempa. Saya langsung keluar melihat," kata Bu Amra, salah satu warga yang tinggal di dekat Pendapa Wahyawibawagraha, kemarin. Dia mengaku kaget ketika mendengar suara gemuruh. Seteleh dilihat, pojok bangunan utama pendapa Wahyawibawagraha Pemkab Jember sudah ambrol.
"Begitu saya lihat, tinggal kepulan debu membumbung ke atas," ujarnya. Berikutnya, dia melihat petugas berbondong-bondong ke tempat kejadian.
Sudarsono, salah satu warga yang bisa berada di pendapa juga mengaku bergegas menjuru arah gemuruh tersebut. "Saya dan warga lain langsung berlari. Yang terlihat hanya debu yang berterbangan," ungkap Sudarsono.
Sedangkan sisa kap pendapa yang ambrol ke bawah tidak terlihat dari luar. Pasalnya, arah pandangan mata tertutup oleh pagar Pendapa Wahyawibawagraha di bagian Barat.
Dia menceritakan, saat kejadian, dia bersama tukang becak lainnya mangkal di belakang pendapa Wahyawibawagraha. Saat asyik ngobrol, dia mendengar suara gemuruh. Setelah dilihat, kap bangunan utama Pendapa Wahyawibawagraha ambrol ke bawah.
Kap Pendapa Wahyawibawagraha yang berada di lantai dua di bagian Timur ambrol sekitar 2,5 meter. Sedangkan kap bagian barat sekitar 2 meter. Kap yang ambrol menimpa teras bangunan belakang. Akibatnya, teras yang panjangnya sekitar enam meter ikut ambrol ke bawah.
Untung tidak ada orang atau kendaraan di bawah kap yang terletak di atas ruang tamu bupati Jember M.Z.A Djalal tersebut. Padahal, biasanya tempat tersebut dijadikan tempat parkir mobil atau kendaraan bermotor. "Saya sempat tanya petugas, tidak ada korban manusia atau kendaraan," ungkap Sudarsono.
Dia mengaku sedikit mengetahui riwayat Pendapa Wahyawibawagraha. "Kalau tidak salah bangunan itu (pendapa Wahyawibawagraha, Red) direhab sekitar 1998," ujarnya. Saat itu, Sudarsono menjadi salah satu pekerja yang mengerjakan.
"Saat itu, saya bagian ngecor. Kalau kap ada bagian sendiri," terangnya. Dia menjelaskan, perbaikan Pendapa Wahyawibawagraha itu dilakukan menjelang masa akhir jabatan Bupati Winarno. Dia masih ingat ketika bangunan Pendapa Wahyawibawagraha diterima oleh Bupati Winarno.
Diperkirakan, kata dia, ambrolnya kap pendapa Wahyawibawagraha itu akibat kupingan kayu yang menjadi penahan patah. "Sepertinya batang kayu penahan yang patah. Lihat, ada kayu yang tampak patah," ujarnya sambil menunjuk ke arah sisa kayu yang masih menggelantung di bangunan utama Pendapa Wahyawibawagraha.
Sementara itu, hingga tadi malam, RJ belum berhasil mengkonfirmasi pihak Pemkab Jember. Saat dihubungi lewat telepon seluler, baik Kepala Bagian Humas Pemkab Jember Agoes Slameto maupun Kepala Bagian Umum dan Perlengkapan Drs Widi, tidak ada jawaban dari yang bersangkutan. (gha)
Jumat, 13 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar